Sebuah Catatan : Studium Generale on Nuclear Energy by Al Baradei

10 Desember 2006 at 8:16 am Tinggalkan komentar

Buat rekan-rekan yang mungkin tidak sempat datang ke studium general Energi Nuklir tanggal 8 Desember 2006, mungkin tulisan ini berguna. Terima kasih kepada P Kusmayanto yang telah mengundang M El-Baradei ke Indonesia.

Senang rasanya bisa duduk dan hadir diantara sekian banyak orang Indonesia termasuk yang senior yang bersemangat mendengarkan dan mengomentari studium general El-baradei. Ada keyakinan disana bahwa kita mampu mengelolah PLTN dengan lebih baik, atau bahkan menjadi langkah lanjutan
untuk mengelolah sumber daya alam negeri ini. Ada beberapa hal menarik yang saya ingat.

Konsumsi listrik negara Indonesia saat ini mencapai 530 kWh per kapita per tahun, beda jauh dengan konsumsi listrik per kapita di negara-negara maju seperti USA yang mencapai 8600 kWh per tahun. Dari gambar kecil ini saja, nampak betapa orang-orang di negara-negara maju memiliki kemampuan setara
dengan 16x dibandingkan orang-orang Indonesia untuk mengubah besi menjadi mobil, atau untuk mengubah besi menjadi baja berkualitas. Setidaknya mereka mampu mengebor bumi 16x lebih panjang dibanding rata-rata orang Indonesia atau mereka bisa 16x lebih cepat memindahkan gunung dari tempatnya dibanding kita saat ini. Apalagi di USA dengan penduduk 300 jt, betapa besarnya kemampuan energi negara ini. LSM kita-pun akan tersedot jika genderang ditabuh, hanya kekuatan nurani yang tidak akan menggeser meraka, persis seperti pasukan Khalid ketika menghadapai bala tentara romawi dalam jumlah besar tetapi meredup.

Di website BATAN, diharapkan dalam 20 tahun kedepan kapasitas listrik Indonesia akan menjadi 100 GWe dari total kapasitas terpasang hari ini 33 GWe. Artinya meskipun kita membangun selama 20 tahun, kemampuan kita hanya seperlima dari kemampuan membangun Amerika saat ini. Dan mudah-mudahan
energi yang dikonsumsi Amrik tidak seluruhnya untuk mengubah tembaga dari freepot menjadi kumparan misalnya. Kita cuma bisa berharap mereka menggunakannya untuk penghangat dan bentuk-bentuk mimpi lainnya.

Dan kalaupun kita akan menyamai Amrik saat ini (belum 20 tahun Amrik yang akan datang), Energi Panas Bumi tidak akan mampu melayani, karena seluruh cadangan energi padas bumi kita hanyalah 19,66 GWe saja. Itupun sudah mengebor sana-sini, dan berharap matahari masih berbaik hati mau
mengucurkan air ke gunung-gunung tempat panas bumi bersarang, dan berharap hutan tidak gundul agar air itu bisa berputar-putar disekitar turbin. Padahal untuk menyamai Amerika hari ini diperlukan daya sekitar 535 GWe. Dengan kapasitas sebesar itu, dalam 64 tahun seluruh cadangan batubara kita, baik yang proven dan belum, akan habis. Lengkap dengan lanskap gundul hutan-hutan kita di kalimantan. Waktu itu tidaklah terlalu lama, mungkin ketika cucu atau cicit kita baru masuk kerja mereka sudah menyadari batubara kekayaan alam Indonesai sudah tidak bersisa. Waktu itu jelas jauh lebih pendek dari usia Dinasti Ming di China yang Berjaya hampir 300 tahun lamanya.

Berdasarkan keterangan yang didapat dari website BATAN, kapasitas listrik terpasang nasional kita adalah 33 GW. Jika digunakan 100% selama setahun setara dengan 1156 kWh per kapita per tahun. Namun karena daya ini sumbernya juga bermacam-macam, termasuk diesel dan PLTA, energi listrik
yang bisa digunakan sekitar 50%-nya saja atau sekitar 530 kWh per kapita per tahun. Dengan kenyataan di beberapa daerah terjadi pemadanan listrik yang berulang, terutama dimusim kemarau dan melihat tren penggundulan hutan sebagai reservoir, PLTA tidak akan mampu menjadi andalan. Apalagi jika penduduk Indonesai tumbuh, dan banyak hutan ditebang untuk diubah menjadi lahan atau cukong-cukong dari negeri tetangga menggunakan kelihaian anak bangsa yang cuman mencari sesuap nasi untuk menggunduli hutan di Kalimantan misalnya.

Sekilas melihat kenyataan itu, target kontribusi energi Nuklir yang cuman 4% dari kebutuhan energi listrik (2% dari total kebutuhan energy Indonesia) setelah 46 tahun direncanakan atau 10 tahun dari hari ini,
rasanya terlalu kecil. Sementara Cina hari ini sudah menambah 4 PTLN dan kontribusi energi Nuklir di Jepang sudah hampir 40% dari total kebutuhan energi nasionalnya. Apalagi jika memperhatikan teknologi nuklir yang sudah sedemikian majunya, sehingga awak kapal selam rusia atau amrik tidak perlu kuatir mereka menjadi mutan. Apalagi kalau cuma masalah reaktor yang katanya umurnya 30-40 tahun, masak iya kita tidak bisa belajar dari amrik yang punya cara untuk tidak membuang kapal induknya yang buesuar hanya karena isolasi reaktornya sudah uzur yang katanya karena penuh dengan zat radioaktif.

Pertanyaan dari Pak Hartojo menjadi sangat menarik disini, pertanyaan yang diajukan ke M Elbaredai : “tolong jelaskan seberapa komplekkah energy nuklir bagi Indonesia yang anda maksud itu? Ajari kami orang-orang yang kaya akan sumber daya alam tetapi stupid ini” meskipun jelas beliau sendiri adalah jebolan MIT dan kuliah disana sejak usia 20 tahun dan bercokol di MIT selama 20 tahun termasuk sebagai direktur energi di sana. Beliau adalah seorang pengamat karakter dan budaya (demikian Beliau
berkelakar), mungkin bisa menjadi seorang konsultan senior bangsa ini, dan nampaknya jawaban M Baredai tidaklah memuaskan beliau.

Maka alasan untuk mencari Uranium dan cadangan baru dan membeli Uranium dari negara yang disampaikan oleh kepala BATAN adalah tepat. Karena cadangan Uranium kita baru dipastikan ada di Kalimantan dan hanya setara dengan sekitar 37% kandungan energi dari total cadangan Batubara kita (baik yang proven, maupun dugaan). Atau bisa saja kita mencari sumber Uranium yang lain, mengikuti selentingan bahwa di daerah jawa barat juga ada kandungan uraniumnya.

Seperti apa yang ditanyakan oleh Pak Irwan, akankah Indonesia memiliki PLTN? Rasanya jawabnya adalah iya, dan alasannya jelas haruslah alasan strategis, bukan berdasarkan nilai uang hari ini. Dalam
hal ini mungkin kita bisa berguru ke pemerintah cina ketika virus demokrasi (Bagi kondisi cina tahun 1990 demokrasi mendadak adalah virus) yang disuntikkan oleh suatu ’kekuatan’ yang hampir merontokkan negeri tirai bambu itu, hanya ketahanan menahan air mata melihat pahitnya pengorbanan bidak dalam papan catur yang terlemparlah yang membuat Cina kini memiliki cadangan devisa yang melebihi $ 1 trilyun. Kekuatan leadership Cina terbukti.

Sebagai tambahan, dari sisi harga pemenang tender PLTU di Paiton baru-baru ini mematok harga 4,2 sen per kWh. Saya pernah mendengar selentingan, jika saja kapal-kapal selam Rusia yang parkir mau menjual listrik dari modul nuklirnya, maka harganya bisa 2 sen per kWh. Lantas apa yang membuat khabar burung bahwa PLTN lebih mahal dibanding batubara. Mari kita tanyakan ke IEAE yang telah membantu program nuklir kita dengan total sumbangan’ $ 32 juta, mungkin mereka punya view yang lebih baik.

Salam,
-yohan-
Pengguna Energi Listrik

Entry filed under: Energi Dasar. Tags: , .

Sebuah Response Sederhana : Menentukan Kecerdasan Sebuah Bangsa Kenapa Inflasi Tinggi?

Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Kalender

Desember 2006
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031

Most Recent Posts