Adopsi Standard Wimax 802.16e untuk BWA

20 Juli 2008 at 9:25 am 3 komentar

Rev. 1.0, 20 Juli 2008
Oleh : Yohan Suryanto (yohan@rambinet.com )
________________________________________________________________________________

Sesuatu ada masanya:

Sesuatu memang ada masanya, ada umurnya, termasuk bumi, manusia dan teknologi. Masa ini bisa seumur jagung seperti masa penjajahan jepang atas Indonesia, atau merentang sepanjang jaman yang kita kenal seperti umur jagat raya. Umur sesuatu tidaklah harus selalu cepat tergesa-gesa, karena bisa cukup panjang sebagaimana halnya bumi yang mungkin sudah berumur 5 Milyar tahun, atau generasi manusia yang mungkin sudah berumur 100.000 tahun, pun demikian dengan teknologi. Peralatan memang bisa usang, tetapi tidak selalu usang karena konsep teknologinya usang. Misalnya bangunan diatas tanah, sampai saat ini untuk membangunnya masih perlu pondasi, tidak bisa melayang-layang di udara atau diatas lumpur tanpa pijakan pasti. Secanggih apapun teknologi bangunan berkembang, gedung pencakar langit dari sejak jaman industri berawal sampai hari ini, memerlukan pondasi yang kokoh untuk memulainya.

Teknologi memang berkembang, tetapi tidak semua hal akan cepat usang atau keseluruhannya terbuang ketika masanya berlalu. Karena kita masihlah manusia, yang umumnya memerlukan mata untuk melihat, memerlukan telinga untuk mendengar, memerlukan lidah untuk merasakan, memerlukan oksigen untuk bernafas dan memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Abjat yang kita kenal tidak usang dalam semalam, pun demikian dengan key board yang kita pegang. Tombol-tombol keyboard tidak banyak berubah sejak komputer ditemukan. Semaju apapun teknologi komputer sampai hari ini, masih tetap memerlukan monitor, key board, ataupun mouse. Semuanya ditransfer dalam persepsi digital, yang masih berarti 0 dan 1 dalam bahasa mesin.

Standard 802.16e ada masanya memang sudah pasti. Tetapi masa yang kita butuhkan tidak harus melintasi satu generasi, tetapi masa yang cukup untuk membawa tujuan pemerataan akses broadband internet kepada masyarakat Indonesia tercapai. Masa 20 tahun mungkin sudah cukup untuk itu. Yang menentukan jangka waktu obsoletenya adalah lebih kepada adopsi standard tersebut oleh kita, komunitas telekomunikasi nasional dan global. Sebagaimana halnya adopsi GSM untuk kebutuhan komunikasi suara, GSM tidak obsolet sampai hari ini setelah 15 tahun kita adopsi, meskipun ada standard yang muncul lainnya seperti CDMA dan keluarga 3G.

Waktu 20 tahun, adalah masa yang cukup lama untuk tumbuhnya sebuah bisnis yang kuat, sebagaimana halnya GSM untuk komunikasi suara bisa tumbuh dari pengguna 0 sampai lebih dari 60 juta jiwa dalam rentang waktu sekitar 15 tahun. Selama kebutuhannya adalah untuk broadband internet akses, Wimax 802.16e tidak akan obsolete dalam rentang waktu 20 tahun. Kenapa tidak perlu obsolete, karena kunci dari Wimax 802.16e adalah metode akses OFDM/OFDMA, yang tentu saja sekiranya ada standard lainnya seperti m bahkan x, akan tetap mengadopsinya. Jadi untuk mengejar fully mobility dari Wimax 802.16e cukup dengan feature tambahan yang akan tetap backward compatible dengan versi sebelumnya. IEEE dan Wimax Forum sebagai lembaga ratifikasi standard Wimax, hampir bisa dipastikan tidak akan meratifikasi 802.16m atau xyz (kalau memang ada), karena ini berarti blunder dan seperti asal memberi nama tanpa perubahan yang fundamental atas standard 802.16e, yang itu artinya tidak akan terjadi. Kecuali dalam 20 tahun kedepan, diperlukan kebutuhan komunikasi yang lain seperti layaknya dalam film matrix.

Hal ini berbeda dengan standard Wifi yang muncul awalnya dengan 802.11b (Belum efisien, masih menggunakan metode akses CCK). Kemudian muncul dua nama standard yang sebenarnya sama tetapi beda penggunaan frekuensi saja 802.11a dan 802.11g, yang memanfaatkan OFDM. Tetapi kelemahan dari kedua standard ini adalah jarak jangkauan disisi uplink CPE yang menggunakan bandwidth lebar 20 MHz seperti halnya arah downlink. Itulah mengapa Wifi mengadopsi metode Wimax 802.16e, untuk perbaikan terutama disisi uplink, agar cpe yang low power bisa lebih menjangkau AP (Akses Point) dan itu disebut dengan 802.11n.

Kenapa harus standard 802.16e?

Karena standard inilah yang sesuai dengan kebutuhan untuk mecapai pemerataan broadband internet yang terjangkau sekaligus untuk memberikan peluang menumbuhkan industri dalam negeri.

Internet akses yang kita butuhkan adalah :

  1. Broadband Internet Akses yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia yang secara bertahap bisa mencapai 258 juta. Memerlukan harga CPE dan BTS yang terjangkau, yang lebih mungkin tercapai jika terdapat common equipment untuk fixed, portable, nomadic, dan mobile.
  2. Akses yang fleksible, tidak hanya saat kita diam, tetapi saat kita pindah ruangan, atau bahkan sambil berjalan dan naik kendaraan. Ini berarti membutuhkan teknologi yang hemat power disisi CPE dan sekaligus cocok untuk bandwidth lebar bahkan sampai 20 MHz.
  3. Standard global agar tercipta interoperability dan roaming antar operator.
  4. Standard yang tidak eklusive agar peluang industri dalam negeri bisa tumbuh.

Menambahkan penjelasan yang sudah diberikan oleh P Sumitro, kebutuhan tersebut bisa dijawab dengan standard wimax 802.16e.

Intel dan Komunitas Wimax

Wimax bisa tumbuh seiring tumbuhnya ekosistem Wimax, termasuk didalamnya vendor equipment, chip maker, operator, investor, dan komunitas ICT lainnya. Intel, sebagai chipmaker prosessor untuk PC atau Laptop akan mengadopsi Wimax 802.16e, itu berarti khabar gembira, karena vendor notebook lokal seperti Zyrex dll bisa tinggal memasukkan chip tersebut kedalam laptop yang dibuat lokal. Begitu juga dengan vendor equipment yang akan mengembangkan handheld equipment, mungkin bisa memanfaatkan modifikasi chip tersebut. Modifikasi chip yang lebih sesuai untuk handheld, bisa bekerjasama dengan lokal chip maker seperti Xirca.

Yang menentukan standard, sebaiknya tetap komunitas global yang memang berkaitan seperti IEEE, ITU, atau Wimax Forum. Jika kita ingin menentukan standard, sebaiknya ikut dalam badan-badan tersebut, dan tidak perlu membuat standard sendiri jika bertujuan untuk pasar global. Sedangkan yang menentukan standard mana yang akan diadopsi oleh Indonesia, tentu saja adalah oleh pemerintah bersama komunitas telekomunikasi sesuai dengan kebutuhan terbaik untuk masyarakat luas.

Salam,
-yohan-

Entry filed under: BWA. Tags: , , .

Masukan untuk Standarisasi Perangkat BWA di 2,3-2,5 GHz Diskusi mengenai dosa, manusia dan hidup kekal

3 Komentar Add your own

  • 1. hendra  |  31 Juli 2008 pukul 1:19 am

    lagi searching gak taunya nyasar ke bloh ma syoha, pa kabar mas? tulisan dan fotonya sama2 keren 🙂

    Balas
  • 2. nano  |  1 April 2009 pukul 1:49 am

    Yohan, aku nano temennya Ismail dan Amin, dulu kita pernah ketemu di Salman.
    Sekarang aku ikut di Xirka. Artikelmu sering aku baca juga.
    Wassalaam,
    nano

    Balas
    • 3. yohans  |  16 Juli 2009 pukul 10:25 am

      Iya nich lama gak bersua, semenjak kita lulus. Saya sering lihat tulisan Nano di mailing list EL atau IA ITB he…he…dan pernah denger khabar dari Cahya juga. Sekarang Sampeyan di Xirka yang di Bandung apa masih tetep di Jerman? Saya pernah juga ketemu dengan Pak Trio saat meeting dengan Xirka. Sorry baru buka komentar Sampeyan, bukannya ngelupain :)).

      Balas

Tinggalkan Balasan ke nano Batalkan balasan

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Kalender

Juli 2008
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  

Most Recent Posts